Skip to content

Menguasai Problem Solving and Decision Making

Mengambil keputusan adalah salah satu tugas utama seorang manajer.
Sukses dalam mengambil keputusan tidak hanya besar artinya bag perkembangan perusahaan. Lebih dari itu, keputusan yang tepat akan berpengaruh positif terhadap jenjang karir. Menurut Phillip L. Hunsaker & Anthony J. Alessandra dalam bukunya “The Art of Managing People” terdapat 4 gaya mengambil ke-putusan utama. Termasuk manakah gaya Anda mengambil keputusan?

Walaupun demikian banyak peran yang harus diemban oleh seorang manajer, toh mengambil keputusan adalah salah satu tugas utama. Keefektifan keputusan yang telah diambil akan berpengaruh langsung terhadap performans per¬usahaan dan jenjang karir seorang manajer.

Setiap orang memiliki gaya mengambil keputusan yang berbeda-beda.
Setiap gaya mengambil keputusan memiliki kelemahan dan kekuatan tergantung pada situasinya. Maka, memahami teori pengambilan keputusan dan mengetahui bagaimana memanfaatkannya bisa membantu Anda untuk lebih memahami para karyawan sekaligus meningkatkan performans mereka dengan memberikan tanggung jawab pengambilan keputusan yang pas. Hal ini juga akan memperkokoh kemampuan Anda dalam mengambil keputusan, dan sangat mungkin untuk meningkatkan karir Anda.

DIMENSI GAYA MENGAMBIL KEPUTUSAN
Gaya mengambil keputusan menyangkut cara mengolah informasi dan mengambil keputusan. Hal ini tak bisa dipisahkan dengan kebiasaan. Meskipun setiap manusia memiliki kebiasaan berpikir yang unik, penelitian telah menunjukkan bahwa terdapat pola berpikir yang lajim dalam mengolah informasi dan membuat keputusan yang bisa digunakan untuk membedakan berbagai gaya mengambil keputusan.

Perbedaan pengambilan keputusan sebenar-nya terjadi karena dua dimensi kunci:

1. berapa banyak informasi yang digunakan atau seberapa kompleks permasalahannya, dan
2. jumlah focus atau jumlah solusi alternatif yang diperoleh dari informasi tersebut. Derajat proses pengambilan keputusan akan makin kompleks dengan makin banyaknya informasi yang dipergunakan dan makin banyaknya alternatif solusi yang tersedia.

Di sini ada 6 variabel yang mewakili jumlah informasi seperti fakta, opini, atau statistik yang menjadi tumpuan perhatian seseorang. Variabel tersebut merupakan jumlah kesimpulan seperti alternatif atau solusi. Individu A menggunakan informasi yang lebih sedikit dibanding yang tersedia (dalam hal ini 3 variabel dari 6 va¬riabel yang tersedia), sedangkan individu B memanfaatkan informasi yang lebih banyak (dalam hal ini 5 dari 6 variabel yang tersedia) untuk memperoleh beberapa alternatif atau solusi. Jelas, situasi yang dihadapi individu A tak sekompleks yang dihadapi individu B.

Anda mungkin bisa membayangkan tentang orang-orang yang menerapkan pola pengambilan keputusan yang berbeda ini, dari orang yang ingin mengambil keputusan yang memuaskan secara eepat kepada seseorang lainnya yang le¬bih suka untuk melihat seluruh data yang ada, menggambarkan semua solusi yang mungkin, dan tidak ingin berbuat sesuatu secara terburu-buru.

Contoh yang baik dari individu yang menyukai masalah yang kompleks adalah Robert S. McNamara, Menteri Pertahanan dalam cabinet Presiden John F. Kennedy. Dia selalu menggunakan informasi yang kompleks dalam menyampaikan ide-ide. Senator yang satu ini memang dikenal menyukai statistik, komputer, grafik-grafik, dan timbunan data.

Metode yang diterapkan McNamara dalam mengolah informasi sangat berlawanan dengan metode yang digemari oleh kebanyakan eksekutif yang lebih suka untuk hanya mempunyai fakta terbatas saja, sehingga mereka bisa mengambil keputusan secara cepat, dan segera menggarap masalah berikutnya. Pre¬siden DwightD. Elsenhower, misalnya, lebih suka melihat laporan ringkas yang dihasilkan para ahli, yang kemudian digunakannya untuk basis pengambilan keputusan.

Jenderal George Patton adalah contoh yang baik dari individu yang cenderung untuk mengkonsentrasikan seluruh energinya pada satu ma¬salah, yaitu perang. Ruang perpustakaannya hampir semuanya terdiri dari buku soal perang, dan semua yang dibaca dan dipelajarinya adalah tentang perang. Bahkan sebuah laporan menyebutkan, meskipun dia sedang berbulan madu se¬muanya dihabiskan di pantai-pantai tempat perjuangan militer Perancis di masa silam.

Di pihak lain, Thornas Edison justru tertarik terhadap se¬mua hal. Sementara bekerja pada satu proyek, dia selalu menghubungkan seluruh pengalamannya terhadap proyek-proyek lain yang mung¬kin. Edison dikenal sebagai penemu beberapa benda mulai dari lampu pijar sampai kamera dan mendirikan beberapa usaha yang berbeda-beda.

Situasi yang ekstrim, baik karena terlalu ru-mit maupun karena kelewat terfokus, jelas tidak diinginkan. Informasi yang kelewat banyak bisa menyebabkan kerancuan dan situasi yang tak jelas. Sebaliknya terlalu sedikit informasi mungkin tidak mencukupi untuk menghasilkan keputusan yang memadai.

Satu fokus tunggal yang tergolong ekstrim bisa mengarah pada obsesi yang sudah barang tentu tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sebaliknya, fokus jamak yang ekstrim bisa menyebabkan masalah analisa ber-lebihan (overanalysis)di mana beberapa k-simpulan dihasilkan tanpa seorang pun melakukannya. Bagaimanapun terdapat sejumlah situasi di mana kondisi ekstrim itu bermanfaat; misalnya dalam situasi yang membutuhkan ge-rak cepat, pengambilan keputusan yang telah diprogram berdasarkan skala tertentu, dan situasi-situasi yang membutuhkan kemampuan beradaptasi secara kreatif.
______________________________________________________
Sumber : Majalah Eksekutif edisi Oktober 1989. //:http://rajapresentasi.com/2009/12/menguasai-problem-solving-and-decision-making/