oleh : Askurifai*

Kebetulan saya kenal dengan seseorang yang bergerak di bidang percetakan buku. Namanya Ahmad Nurasa. Dia dulu mahasiswa Fikom Unisba dan kini cukup dikenal di kalangan percetakan buku. Buku-buku yang sudah dicetak sudah puluhan judul, termasuk buku-bukunya Hendra Setiawan.

Alkisah, dulu Hendra pernah membuat naskah buku dengan judul Agar Selalu Ditolong Allah. Naskah tersebut sudah ditawarkan ke beberapa penerbit buku, tapi entah karena dia seorang penulis pemula atau menurut perhitungan pasar kurang menguntungkan maka tak ada penerbit yang mau menerimanya, termasuk MQ Publishing!

Setelah melalui pembicaraan akhirnya Hendra ditawari oleh Ahmad agar naskahnya diterbitkan sendiri saja. Untuk modal awalnya Ahmad tidak mematok harus berapa besar, yang penting ada uang muka. Dan jadilah buku itu diterbitkan sendiri dengan label Jabal.

Tak dinyana, buku pertama tersebut meraih sukses luar biasa. Buku kecil yang awalnya tidak pernah diperhitungkan oleh para penerbit yang sudah mapan kini sudah mengalami cetak ulang lebih dari delapan kali. Dan oplah buku tersebut? Sungguh luar biasa: best seller!

Itulah kisah penulis pemula dengan penerbitannya yang baru. Meskipun penulis pemula, walaupun penerbit sangat baru ternyata mampu menunjukkan hasil yang memuaskan.

Dari kisah tersebut ada beberapa hal yang bisa saya petik.
Pertama, meskipun penulis pemula ternyata Hendra mampu menunjukkan kesuksesan menjual judul buku. Judulnya simpel dan mudah dicerna oleh semua kalangan. Dan berkat judul inilah buku ini jadi best seller. Di jaman serba sulit ini masyarakat tentu butuh bimbingan dan pertolongan. Dan pertolongan paling maksimal tentunya dari Allah SWT. Judul ‘Agar Selalu Ditolong Alllah’ mampu menghipnosis orang untuk membeli dan membacanya. Padahal (maaf), isinya sangat biasa, tapi kekuatan judul buku tersebut menjadi magnet penjualan.

Kedua, jangan meremehkan para penulis pemula. Justru para penulis pemula biasanya mempunyai semangat tinggi dan membawa genre baru dalam bidang penulisan. Hendra sudah membuktikan bahwa penulis baru mampu ‘mengalahkan’ penulis lama.

Ketiga, menjadi penerbit buku tidaklah sulit. Untuk menjadi penerbit buku tidak harus bermodal ratusan juta rupiah. Buktinya penerbit Jabal ini. Tentu saja gambaran ini karena pengaruh orang lain. Dalam hal ini bidang percetakan buku. Dengan bantuan pihak percetakan seseorang yang akan membuat penerbitan buku bisa merealisasikan gagasannya. Untuk itu sinergi antara penerbit dan percetakan sangat dibutuhkan.

Keempat, kekuatan pasar buku agama kini sedang bagus, apalagi di bulan Ramadhan buku-buku Islam akan menuai panen. Di bulan-bulan biasa saja penjualan buku-buku agama cukup laku apalagi di bulan shaum. Inilah jenis buku yang tidak pernah ada matinya. Apalagi di saat orang membutuhkan pegangan hidup karena berbagai benturan ekonomi dan lainnya secara fitrah orang akan kembali kepada nilai-nilai Islam. Dan buku Islam adalah salah satu solusinya.

Kisah Hendra bisa jadi menjadi inspirasi bagi kita semua. Bahwa penulis pemula tidak selamanya tidak berdaya, justru akan bisa lebih hebat dengan tenaga ‘mudanya’. Penerbit baru juga bisa menghasilkan buku-buku best seller, dengan ‘mencuri’ perhatian para pembaca yang haus akan bacaan.

Bagaimana dengan Anda? Kita belajar dari Hendra Setiawan, Yuk!

*Penulis adalah Pemimpin Umum/Redaksi PrianganPost.com, Dosen Fikom Unisba, dan penulis buku Jurnalistik Televisi: Teori dan Praktek (Simbiosa Rekatama, 2006) serta buku Membuat Film Indie Itu Gampang (2003)