“Yang Ditulis Mengabadi, Yang Diucapkan Berlalu Bersama Angin”

MENULIS opini adalah menyebarluaskan gagasan. Seseorang mentransfer ide dan gagasannya ke ruang publik melalui tulisan. Dia memasuki ranah publik, berusaha memengaruhi publik, dan gagasannya diterima atau diperdebatkan.

Menulis opini sesungguhnya mengasah otak, menajamkan pikiran, dan menantang munculnya ide-ide baru. Yang juga penting, menulis opini sama halnya dengan menantang pendapat orang dengan argumentasi yang siap diperdebatkan. Menulis opini berarti memberikan wawasan dan pengetahuan untuk orang lain. Karenanya, menulis opini mestinya dilakukan dengan hati, kesukacitaan, kegembiraan membagi gagasan serta ilmu pengetahuan.

Hampir semua halaman surat kabar menyediakan rubrik opini. Topik yang dimuat beraneka ragam. Bisa soal masalah sosial, politik, agama, pertanian, perkebunan, kesehatan, pertambangan, hukum, dan lain sebagainya.

Media mengungkapkan gagasan pun semakin tak terbatas. Bergegasnya kemajuan teknologi membuat berbagi gagasan melalui surat kabar dan majalah menjadi sedikit kuno. Ada berbagai cara yang lebih modern, antara lain blog, You Tube, Facebook, dan Twitter. Presiden Amerika Barack Obama, misalnya, dikenal amat piawai mengoptimalkan teknologi jejaring sosial untuk kampanye dan sosialisasi kebijakan, antara lain dalam soal reformasi sistem jaminan kesehatan.

Opini dan Kolom

Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan Balai Pustaka mengartikan ”opini” sebagai ”pendapat; ”pikiran,” atau ”pendirian,”. Opini memang bisa diartikan sebagai pandangan seseorang tentang suatu masalah. Tidak sekadar pendapat, tetapi pendapat yang bisa dipertanggungjawabkan dengan berdasar dalil-dalil ilmiah yang disajikan dalam bahasa yang lebih populer.

Karena itulah, untuk menulis opini juga dibutuhkan riset. Riset bertujuan mencari penguat dari argumentasi penulis untuk membangun gagasannya. Opini inilah yang ditulis dan dituangkan dalam bentuk ”artikel.”

Ada juga bentuk tulisan opini yang disebut ”kolom”. Tulisan jenis ini bersifat ”lebih cair” dalam hal gaya bahasa dan gaya penyampaiannya. Penulis kolom biasanya tidak saja mereka yang dikenal memiliki keahlian dalam bidang yang ditulisnya, tapi juga memiliki style –gaya yang khas. Itu sebabnya si penulis disebut ”kolomnis”.

Bagaimana Menjadi Penulis Opini:

Dengan melihat rangkaian di atas, maka di sini untuk menulis opini dibutuhkan:
1. Pengetahuan akan bidang/masalah tertentu –memiliki kompetensi
2. Rumuskan ide atau gagasan yang akan ditulis
3. Argumentasi yang membangun dan mengukuhkan gagasan
4. Memahami teknik menulis
5. Memiliki pengetahuan bahasa
6. Memahami pengetahuan tentang media

Kompetensi

Penulis opini memiliki otoritas akan bidang yang memang layak bagi dia untuk diketengahkan kepada masyarakat. Ini bekal utama seorang penulis opini. Jika ia ahli pertanian, tentu masyarakat akan percaya akan seluk beluk tanaman yang ditulis daripada yang menulis seorang sarjana hukum. Pengetahuan bidang tertentu ini sangat penting, terutama untuk ”legitimasi” diri seorang penulis di depan publik.

Ide dan Gagasan

Inilah barang termahal yang dimiliki penulis, siapa pun penulis itu. Ide bisa tumbuh dari mana pun. Penulis yang terlatih tidak pernah kehabisan ide untuk menulis opini. Gagasan bisa muncul di mana pun, kapan pun, seperti motto Coca-Cola.

Misalnya, seorang penulis membaca media tentang tinggi harga sawit yang terus melonjak selama beberapa tahun terakhir. Penulis opini kemudian mendapat ide, menampilkan fluktuasu harga sawit dan menganalisis penyebabnya. Mungkin lantaran peningkatan permintaan dunia, kekhawatiran pemanasan global, semakin menyempitnya lahan sawit, atau karena unsur spekulasi bursa komoditi.

Argumentasi Gagasan

Argumentasi ini sesungguhnya pasti dimiliki seseorang jika orang itu memang menulis bidangnya. Ini memang berkaitan dengan nomor 1 (pengetahuan bidang yang dimilikinya). Argumentasi penting karena di sinilah pembaca akan mengetahui ”kadar” keilmuan seorang penulis opini. Semakin kuat dan logis argumentasi yang ditampilkannya, maka akan semakin memperkuat gagasan yang ditulisnya.

Teknik Penulisan Opini

Penulisan opini di media massa berbeda dengan penulisan di media ilmiah. Pembaca media massa sangat beragam. Karena itu, penulisan opini di media massa harus memakai bahasa yang komunikatif, tidak bertele-tele, dan ringkas. Kecenderungan pembaca kini adalah membaca tulisan yang tidak panjang, enak dibaca, dan gampang dicerna.

Pengetahuan Bahasa

Kegagalan penulis opini dari kalangan ilmiah biasanya terletak pada penggunaan bahasa. Penulis opini dari latar belakang ilmiah harus belajar untuk memakai bahasa yang gampang dimengerti masyarakat, sehingga bahasa yang ditulisnya, efektif, efisien, dan mudah dimengerti. Jika pun penulis opini ingin menampilkan istilah asing, ia harus pula mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Penulis opini bahkan tidak usah khawatir untuk menampilkan idiom-idiom bahasa daerah jika dipandang menarik.

JANGAN SEKALI-KALI MENGANGGAP PEMBACA SAMA TAHUNYA SEPERTI ANDA. Harus dipahami bahwa pembaca adalah anak SMA yang tentu saja belum pernah berkenalan dengan Republik-nya Plato, dialektika Hegel dan Marx, atau teori komunikasi Habermas. Bahasa yang sederhana, jernih, disampaikan melalui kalimat-kalimat pendek akan lebih mudah dipahami ketimbang paragraf panjang penuh istilah ilmiah. Beberapa kata yang tidak efektif bisa dipangkas untuk menghasilkan tulisan yang padat. Misalnya, ”oleh,” ”yang”, ”untuk”, adalah,” ”itu,” ”tersebut” dll.

Pengetahuan Media

Pengetahuan tentang media adalah hal penting yang perlu diketahui penulis opini agar tulisannya bisa dimuat. Penulis opini, dengan mempelajari sebuah media massa, akan bisa melihat apakah sebuah media memberi perhatian kepada masalah-masalah yang digeluti sang penulis opini itu atau tidak. Penulis harus tanggap bentuk tulisan opini yang dituntut media. Model kritik seperti apa yang disukai redaktur, langsung atau tidak langsung, keras atau halus.

Kenali pula kalender dan artinya. Misalnya, hari pangan sedunia bisa dimanfaatkan untuk mengirimkan tulisan tentang krisis pangan, hari air sedunia adalah momentum untuk mengangkat topik pentingnya pengelolaan sumber air, dan hari bumi adalah momentum penting untuk membawa topik penggundulan hutan pada rubrik opini.

Mulai Dari Mana?
Mulai dari yang paling mudah: menulis. Just do it, kata Nike. Tulis saja. Seperti belajar naik sepeda, jatuh-bangun itu biasa. Yang penting adalah mencoba.

Teknik Menulis Opini
1. Judul
2. Alinea Pembuka
3. Isi (Batang Tubuh)
4. Alinea Penutup (Ending)

Judul Harus Menarik
Penulis opini mesti membuat judul tulisannya dengan menarik. Judul haruslah memikat. Syarat untuk judul seperti ini: Tidak Panjang (cukup tiga atau empat kata) dan memakai kata-kata yang tidak klise, menggugah. Judul tidak mesti dibuat lebih dulu. Bisa belakangan, setelah tulisannya selesai.

Alinea Pembuka dan Lead
Lead adalah bagian penting sebuah tulisan. Lead seperti etalase, dia harus dibuat menarik. Lead adalah kalimat pembuka. Ia seperti kail yang menarik minat pembaca. Ia seperti lokomotif yang membuat mata dan pikiran pembaca untuk terus mengikuti kalimat dan buah pemikiran penulis.
Lead harus menarik, tidak memakai pemikiran yang klise, dan kalimatnya tidak panjang. Lead ini berfungsi untuk membawa pembaca untuk mengerti masalah apa yang akan dibicarakan oleh penulis opini. Lead adalah bagian penting dari alinea pembuka.

Isi Tulisan (Batang Tubuh)
Inilah ”daging” sebuah opini. Disinilah penulis menuangkan gagasan dan ide-idenya. Dengan demikian secara ringkas bagian ini berisi:
– gagasan apa yang ditawarkan, tesis yang dikemukakan.
– argumentasi kenapa pentingnya gagasan/ide/pemikirannya
– contoh-contoh dengan menampilkan data-data yang relevan dan menunjang.
– keuntungan dan kerugian jika gagasan itu diterapkan atau tidak diterapkan.

Alinea Penutup (Ending)
Bagian ini bisa dibilang merupakan kesimpulan dari tulisan opini. Kendati penutup, penulis opini tetap harus menganggap ini bagian penting. Untuk mengulang dan mengingatkan pembaca akan gagasan yang ditawarkannya.

Kendati tiga bagian di atas merupakan hal penting untuk menulis opini, sesungguhnya tetap saja diperlukan panduan agar tiga hal itu menjadi kesatuan yang enak untuk dibaca –juga menulisnya.
Untuk ini dibutuhkan apa yang disebut OUTLINE. Outline adalah semacam alur yang dibuat dengan mencantumkan segala hal yang direncanakan akan dituangkan pada sebuah opini. Outline ini juga untuk mengingatkan penulis agar tetap fokus atau tidak lupa pada hal-hal yang sejak awal ia tetapkan untuk ditulis. Outline bentuknya adalah pointer-pointer.
——————————————————————————-
https://www.facebook.com/notes/adib-tamami/teknik-menulis-opini/482025408474788