Belajar Merevisi: Menyimpan Tulisan Awal

By intermedia 3 Min Read
3 Min Read

Dalam Bird by Bird: Some Instructions on Writing and Life, penulis Anne Lamott mengisahkan betapa dia hidup dalam ketakutan yang sangat besar bahwa seseorang mungkin melihat tulisan awalnya dan jadi terkejut karena buruknya tulisan itu. Banyak penulis mengalami ketakutan seperti ini, dan mungkin kamu juga mengalaminya. Menulis adalah suatu risiko, yang sudah kamu putuskan untuk kamu ambil. Sebelum tulisanmu benar-benar bagus, jangan membuang tulisan pertamamu. Simpanlah, walaupun menurutmu tulisan itu mengerikan, walaupun kamu harus menyembunyikannya di tempat yang tak terduga oleh orang lain.

Ada satu lagi risiko yang semestinya kamu ketahui: bisa jadi kamu merevisi hingga ke luar dari jiwa tulisanmu. Hampir setiap penulis pernah mengalaminya. Kamu menulis sesuatu dan merasa cukup terinspirasi, tapi kemudian kamu mulai merevisi–dan kamu merevisi dan merevisi dan merevisi. Pada akhirnya, di hadapanmu hanya ada tulisan yang sangat terpoles tetapi membosankan, hampa dari energi murni dan kegairahan yang pernah dimilikinya.

Nah, pada saat seperti ini, kamu akan merasa bersyukur telah menyimpan tulisan awalmu. Jika kamu merevisi sesuatu dan megap-megap kekurangan udara, kamu dapat menggali kembali tulisan awal itu untuk mencari inspirasi dan maksudmu yang pertama kali. Kemudian, kamu dapat memulai lagi.

Alasan lain untuk menyimpan tulisan pertamamu adalah kamu mungkin telah memotong sesuatu–karakter, adegan, bagian, baris–yang mungkin dapat menjadi gagasan yang bagus untuk tulisan yang akan datang. Bahkan kadang-kadang, kamu menemukan gambaran tertentu dari sepotong tulisan (puisi, mungkin) yang sebenarnya milik tulisan lainnya (misalnya, cerita pendek yang sedang kamu kerjakan).

Melalui menulis ulang dan merevisi, kamu banyak belajar tentang keahlian menulis. Ini karena, ketika kamu menyusun suatu coretan awal, perhatian utamamu adalah menuangkan gagasanmu di atas kertas. Tidak penting untuk memberikan perhatian pada pemilihan kata-kata dan penggambaran terbaik, menjalin alur cerita, menemukan irama, dan mengembangkan karaktermu sepenuhnya. Proses revisi, sebaliknya, membuatmu memikirkan cara terbaik membiarkan kata-katamu berbicara kepadamu. Kamu menemukan suaramu sendiri. Kamu belajar memainkan bahasa. Dalam prosesnya, kamu memperkuat keahlian sebagai penulis.

BACA JUGA:   KONSEP DASAR MENULIS : Pengantar Materi Penulisan

Revisi adalah guru yang hebat. Dalam beberapa hal, ia mengajarimu lebih banyak tentang menulis ketimbang kegiatan menulis itu sendiri. []

Sumber: disalin dari buku “Daripada Bete Nulis Aja!” karangan Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D., terbitan Kaifa for Teens, hal. 153-155.

Share This Article