Penulisan Jurnalisme Era Digital

Bagaimana “Kekuatan Baru” Mendorong Jurnalisme di Era Digital

Sebuah buku yang membahas tentang “kekuatan baru” mendapat dukungan banyak tokoh masyarakat dari berbagai kalangan, mulai dari pengusaha Richard Bronson, pelawak Russell Brand, ahli primata Jane Goodall hingga mantan hakim pengadilan tinggi Australia Michael Kirby.

Menurut penulisnya, Jeremy Heimans and Henry Timms, perbedaan antara “kekuatan lama” pada abad ke-20 dan “kekuatan baru” pada abad ke-21 adalah pendekatannya terhadap pemerintahan, kompetisi, informasi, keahlian serta loyalitas dan afiliasi.

Sebuah buku membahas perbedaan antara ‘kekuatan lama’ pada abab ke-20 dan ‘kekuatan baru’ pada abad ke-21. Doubleday Books/Goodreads
Heimans dan Timms berpendapat bahwa nilai-nilai kekuatan baru telah beralih dari struktur pemerintahan formal ke tata kelola informal (atau jaringan), yang memungkinkan individu untuk ikut serta.

Dalam paradigma kekuatan baru, kolaborasi dan keterlibatan orang banyak dihargai. Transparansi dan budaya do-it-yourself lebih disukai daripada kerahasiaan dan sikap mengandalkan para ahli. Afiliasi ke grup tidak bergantung pada loyalitas jangka panjang; sebaliknya, afiliasi jangka pendek dapat mendorong partisipasi publik yang lebih besar.

Aksi kekuatan baru
Kekuatan baru ditandai dengan contoh contoh yang memukau dari berbagai model kekuatan yang sukses di berbagai bidang secara global. Contoh-contoh yang disebut dalam buku ini termasuk Uber, Facebook, Reddit dan gerakan sosial dan politik seperti #BlackLivesMatter dan #MeToo. Kekuatan baru juga digunakan untuk menjelaskan kisah sukses yang suram, seperti penyebaran jaringan teror, IS.

Heimans dan Timms tak asing dengan kekuatan baru. Heimans adalah salah satu pendiri gerakan aksi politik Australia, GetUp! dan sekarang menjalankan sebuah organisasi untuk gerakan massa di seluruh dunia yang berbasis di New York, Purpose. Timms adalah pemimpin 92nd Street Y di New York yaitu sebuah asosiasi Yahudi yang menciptakan program dan gerakan untuk mendorong pembelajaran dan keterlibatan sipil.

Kekuatan baru, kekuatan jurnalisme
Beberapa hal dari kekuatan baru bisa membantu kita memahami perubahan yang terjadi di dunia jurnalisme. Coba pikirkan Panama Papers dan Paradise Papers. Pada kedua contoh ini, ratusan wartawan membentuk komunitas virtual untuk reportase mereka. Para wartawan tersebut dengan menggunakan teknologi digital untuk menganalisis data yang bocor membongkar bagaimana orang-orang kaya memanfaatkan fasilitas bebas pajak di luar negeri untuk menghindari kewajiban mereka atau untuk tujuan lain yang lebih jahat.

BACA JUGA:   Samsung akan meluncurkan jajaran Galaxy S24 andalannya pada 17 Januari, fokus pada pengalaman seluler berbasis AI

Model jurnalisme kolaborasi baru semacam ini–dibandingkan dengan model lama di ruang editorial di mana para wartawan bersaing satu dengan yang lainnya untuk menjadi yang pertama dalam mendapatkan berita–adalah kunci keberhasilan dalam membuat laporan global mengenai ketidakadilan ekonomi. Dengan kekuatan baru, sarana digital menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan karena memungkinkan wartawan di seluruh dunia untuk membagi dan menganalisis data yang begitu besar.

Di buku mereka, Heimans dan Timms berpendapat bahwa aliran kekuatan di masyarakat telat berubah dari norma lama yang mengandalkan pendekatan dari atas ke bawah ke sebuah norma baru yang mengandalkan kekuatan untuk bergerak ke samping atau dari bawah ke atas. Contoh yang bisa kita lihat adalah gerakan global yang viral seperti Occupy, sebuah tindakan protes terhadap ketimpangan sosial dan ekonomi. Keberhasilannya terletak pada sebuah paradigma kekuatan baru yang ditandai dengan meningkatnya agen individual, sebuah bentuk hierarki yang rata dan partisipasi dari banyak orang.

Aksi kolektif
Jika buku Heimans dan Timms membahas kekuatan baru dengan luas dan jelas, maka ahli lainnya juga mempertimbangkan gagasan mengenai kekuatan baru dengan berbagai cara.

Konsep masyarakat berjejaring dari sosiolog Spanyol Manuel Castells juga menyadari bahwa kekuatan dari atas ke bawah akan berkurang dengan munculnya konektivitas digital. Hal ini memungkinkan sumber kekuatan berasal dari banyak orang ketimbang hanya dari beberapa orang saja, yang Castells gambarkan sebagai “kekuatan aliran” dibanding “aliran kekuatan”.

Akademisi Lance Bennett dan Alexandra Segerberg, dalam buku mereka yang diterbitkan pada 2013 The Logic of Connectif Action, mengembangkan model komprehensif untuk memahami bagaimana mobilisasi politik massa telah bergeser dari aksi kolektif tradisional ke bentuk baru yang terdiri dari tindakan yang terkoneksi. Dalam bentuk yang baru, teknologi digital dan media sosial sangat penting untuk menentukan keberhasilan gerakan massa.

BACA JUGA:   Portable Gaming PC Ayaneo Geek Bakal Diboyong Erajaya ke Indonesia

Sama seperti Heimans dan Timms yang meneliti bentuk hibrida dari kekuatan lama dan baru, Bennett dan Segerberg juga menunjukkan bahwa protes politik dapat merupakan perpaduan bentuk lama dan baru dalam era digital. Bentuk hibrida memerlukan koordinasi tindakan dari organisasi yang ada, namun bentuk semacam itu juga bergantung pada media digital untuk melibatkan orang banyak.

Kita dapat menerapkan model hibrida pada jurnalisme modern: salah satu contohnya adalah The Conversation. Ini adalah sebuah jaringan global yang dibangun dari struktur yang datar dan melibatkan kolaborasi antara jurnalis dan akademisi dengan menggunakan teknologi digital untuk menghubungkan keduanya.

Dengan model ini, The Conversation mengisi lubang pada peliputan di area kesehatan, sains, kesenian, kebudayaan dan bentuk jurnalisme yang bersifat menjelaskan lainnya yang selama ini tidak bisa dipertahankan oleh media tradisional karena hilangnya pendapatan iklan yang memaksa mereka untuk mengurangi pemberitaan.

Peneliti terkini menunjukkan model hibrida Bennett dan Segerberg bisa diadaptasi. Saya berpendapat bahwa model seperti ini bisa berguna untuk jurnalisme investigasi skala besar. Sebagai contoh adalah kolaborasi media nirlaba Amerika ProPublica dengan berbagai media lainnya untuk melaporkan hambatan orang Amerika dalam Pemilu 2016. Dalam proyek tersebut, ruang redaksi mengoordinasikan pelaporan, juga kerumunan, dan teknologi digital untuk mengumpulkan informasi.

Kesamaan lainnya bisa ditemukan di dalam organisasi yang mengurus protes publik dan jurnalisme investigasi yang berbentuk kolaborasi. Keduanya menghasilkan proses mobilisasi yang memecahkan rekor dan menunjukkan fleksibilitas dalam hal isu dan target politik. Mereka juga menggunakam konten bersama untuk menyampaikan sudut pandang personal (seperti memes atau cerita lokal) dan membagi pengembangan software open source.

Memaksa kekuatan lama bertanggung jawab
Yang terpenting dari penelitian Bennett and Segerberg adalah masalah global mengenai keadilan ekonomi. Tema ini sangat penting di banyak laporan investigasi dari kerja kolaborasi di tingkat global seperti Paradise papers.

BACA JUGA:   Apa yang dimaksud dengan pengisian kredensial dan bagaimana cara melindungi diri saya sendiri? Seorang peneliti keamanan siber menjelaskan

Terserah Anda mengganggapnya sebagai kekuatan baru atau model aksi yang terkoneksi, yang pasti bentuk semacam itu sangat bermanfaat untuk laporan investigasi karena kolaborasi dan teknologi digital memungkinkan jurnalisme investigasi untuk tetap bertahan pada masa-masa sulit bagi media secara ekonomi. Penelitian penelitian juga menemukan bahwa masa depan laporan investigasi semakin bergantung pada kerja sama wartawan dari berbagai media.

Laporan jurnalisme investigasi di skala global tidak hanya mengkritik kekuatan, tapi dia adalah bentuk kekuatan itu sendiri. Profesor Ekonomi Gabriel Zuchman menyatakan sekitar $8.7 trillion, atau sekitar 11.5% dari total GDP seluruh dunia, ada di luar negeri.

Laporan seperti Paradise Papers memberikan cara baru untuk memfokuskan perhatian publik global pada ketidakadilan ekonomi global yang menuntut tindakan para politikus. Ketimpangan ekonomi merugikan warga negara, merusak kepercayaan demokrasi, yang nantinya akan menjadi harga mahal yang harus dibayar pemerintah.

World Economic Forum telah memperingatkan bahwa putusan Brexit dan kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS sebagian diakibatkan karena didorong reaksi pemilih atas kesenjangan pendapatan. World Economic Forum juga memperkirakan bahwa ketimpangan global akan semakin meningkat dan akan membentuk perkembangan dunia di dekade mendatang.

Jika kekuatan baru memungkinkan wartawan untuk menantang ketidakadilan atas nama publik, maka tidak heran jika kekuatan baru menjadi istilah baru yang sering diucapkan orang.

Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris


Sumber http:https://theconversation.com/bagaimana-kekuatan-baru-mendorong-jurnalisme-di-era-digital-96212
Penulis: Andrea Carson
Lecturer, Media and Politics, School of Social and Political Sciences; Honorary Research Fellow, Centre for Advancing Journalism, University of Melbourne

Leave a Comment