Revisi Lebih Dalam: Menghilangkan Penopang

Saat kamu mengecat sebuah rumah atau bangunan tinggi, biasanya kamu harus memasang penopang–sebuah panggung tinggi untuk duduk atau berpijak–sehingga kamu dapat mencapai semua tempat yang biasanya di luar jangkauan. Kadang-kadang, menulis bagaikan memasang banyak sekali penopang: kamu harus menuliskan seluruh gagasan untuk mencapai apa yang sebenarnya ingin kamu raih. Misalnya, mungkin kamu mulai menulis tentang seperti apa berjuang melawan kerumunan orang banyak di mal selama musim liburan. Mungkin kamu menggambarkan semua hal yang lazim: kumpulan orang, lampu-lampu terang, musik disetel di atas riuhnya orang banyak, antrean dipenuhi oleh pelanggan yang jengkel, dan sebagainya.

Tapi, saat kamu meninjau kembali hasil karyamu, kamu memerhatikan sesuatu terjadi. Kamu menemukan bagian mengenai perasaan tersesat, takut berada di ruang tertutup, sendirian, dan ketakutan; dan kamu bertanya-tanya tenatng semua itu. Tiba-tiba, kamu teringat saat kamu kira-kira berusia lima tahun dan tersesat di mal, dan kamu pikir akan tersesat selama-lamanya karena tidak dapat menemukan jalan keluar dari counter sepatu. Semua hal mengenai kerumunan liburan adalah penopang. Ia membantumu mencapai bagian yang di luar jangkauan. Sekarang, hilangkan penopangnya.

Baur-baru ini, saya menjalani proses ini. Saat menulis sebuah novel tentang seorang gadis di lingkungan aneh dan lucu, saya memutuskan bahwa alur cerita novel akan berputar di sekitar bagaimana rumahnya dicuri (sebenarnya bukan dicuri, tapi bagaimana rumah itu “hilang” saat sedang dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi yang lain). Namun, semakin saya menulis, saya semakin sadar bahwa ceritanya sebenarnya mengenai proses beranjak dewasa, dan soal rumah hanya sedikit kaitannya dengan itu. Saya mulai melihat bawha saya terlalu memaksakan diri menulis bagian-bagian mengenai rumah. Alur-cerita rumah yang dicuri hanyalah sebagai penopang.

BACA JUGA:   Belajar Merevisi: Fokus dan Koreksi Sejak Awal hingga Akhir

Tapi, ini tidak berarti semua tulisan saya itu memboroskan waktu dan tenaga. Penopang berguna untuk tujuan: meluncurkan cerita sebenarnya. Itu membantu saya mengatakan apa yang sebenarnya ingin saya katakan. []

Sumber: disalin dari buku “Daripada Bete Nulis Aja!” karangan Caryn Mirriam-Goldberg, Ph.D., terbitan Kaifa for Teens, hal. 174-175.

Leave a Comment