Ada berita buruk, tapi berita itu akan berkembang dan mengalir sendirinya. Bahkan dengan cepat menduplikasi diri serta bias di tengah karyawan. Karyawan pun berkesimpulan “Bad News is Good News”.
Ada berita baik, namun berita itu tidak mengalir sendiri, perlu sebuah tindakan Public Relation (PR) yang bersangatan. Pihak manajemen harus berupaya keras mensosialisasikan berita baik itu agar dapat diterima oleh seluruh karyawan. Hal ini dimulai dengan menentukan titik awal komunikasi dan menentukan faktor pengubah dari dari komunikasi itu. Sebagai ujung tombaknya adalah Media Internal, salahsatunya Majalah.
Dengan adanya majalah internal, pihak perusahaan dapat membangun citra perusahaan dari internal, branding image yang positif dan menjadi kebanggan perusahaan. Hal itu dikarenakan upaya baik itu tidak akan tersebar sendiri tapi memerlukan usaha-usaha dan srtategi yang jitu.
Dilihat dari fungsinya, media internal lebih banyak sebagai media komunikasi antara manajemen, pimpinan, stake holder karyawan dan karyawan. Seperti sebagai berikut :
Sosialisasi kebijakan manajemen: visi misi, budaya kerja, SK-SE baru, termasuk sosok pimpinan
Aspirasi karyawan/ bawahan
Membangun rasa saling percaya baik vertikal maupun horizontal
Membangun kebanggaan
Membangun citra
Menumbuhkan dukungan keluarga besar (karyawan maupun mitra)
Ada feed back untuk evaluasi kebijakan
Sementara itu, informasi yang disalurkan melalui media internal itu harus mencapai semua audience yang dijadikan target (bisa semua anggota, bisa terbatas) dan isinya utuh. Selain itu informasinya tidak menyebabkan terjadinya distorsi. Meminjam istilah Aa Gym, informasi harus BAL (Benar, Akurat dan Lengkap)
__________________
Sumber: http://inmarkpublishing.wordpress.com/2013/09/05/pentingnya-media-internal-di-perusahaan/
