Menulis Buku Ilmiah Populer

By intermedia 5 Min Read
5 Min Read

menulis buku menurut beberapa pendapat adalah sangat idealis, tidak realistis, lebih sulit, membutuhkan lebih banyak waktu, dan sulit promosinya), dan tidak populer. Hmmm, benarkah?

Bagi saya, keinginan menulis buku sebenarnya adalah sebuah niat yang wajar, sewajar mereka yang menyatakan ingin menulis di media massa. Bagi sebagian orang, menulis buku adalah merupakan sebuah cita-cita, bahkan sebagian yang lain berani menyatakan bahwa menulis buku adalah sebuah pilihan (profesi)! Wow! Nah, bagi saya, menulis buku ilmiah populer adalah sebuah cita-cita yang ingin saya wujudkan.

Bukankah orang-orang zaman dahulu begitu rajin mencatatkan buah-buah pemikiran ke dalam sebuah kitab (buku) yang selanjutnya dapat digunakan sebagai rujukan bagi penerusnya? Artinya, ilmu kita akan jauh lebih mudah diketahui, dipelajari, dipahami, dan kemudian dikembangkan oleh generasi penerus kita, ketika tertuliskan dalam sebuah buku.

Menulis buku ilmiah populer bukan proses yang mudah.

Pendapat mereka bahwa menulis buku ilmiah populer tidak mudah adalah benar belaka, setidaknya jika kita benar-benar ingin menuangkan gagasan ilmiah dalam kerangka bahasa yang mudah dipahami oleh orang awam, bukan sekadar menulis buku untuk mencari uang (idealis nih ceritanya…^-^). Bagi saya, menulis sebuah buku ilmiah populer adalah proses membaca, belajar berulang kali, dan kemudian menuliskannya dalam sebuah format kebahasaan yang dibuat seluwes dan semudah mungkin agar dapat dinikmati oleh orang lain di luar bidang keahlian saya.

Tentu saja, saya harus menuliskan fakta-fakta dan opini-opini secara berimbang, bukan sebaliknya, penuh dengan opini yang tidak didukung oleh fakta yang mumpuni (benar dan sahih secara ilmiah). Oleh karena itu, saya tidak hanya membutuhkan pustaka-pustaka yang relevan dengan ilmu yang saya tuliskan, namun saya juga harus rajin berdiskusi dengan orang lain yang mempunyai ilmu-ilmu “khusus” yang saya butuhkan untuk memperkaya tulisan saya. Saya juga harus memahami kosakata yang kira-kira mudah dicerna oleh orang awam, bukan kosakata ilmiah yang membuat rambut keriting …ha..ha…ha.

BACA JUGA:   Kebahagiaan Penulis

Tapi, sekali lagi, meskipun menulis buku sulit, setidaknya tidak lantas membuat kita ciut nyali (tidak pede) untuk tidak meneruskan cita-cita kita menulis buku bukan? Ada kesulitan pastilah diikuti dengan jalan keluarnya. Itulah yang selalu saya ingat dari nasihat almarhum ayah saya (thank you dad for inspiring me with your smart words!). Maka, saya kemudian menjadi rajin “berburu” pustaka-pustaka dari manapun. Jujur, saya menjadi amat rakus untuk soal yang satu ini! Bayangkan ketika Anda mendapatkan jawaban atas sebuah pertanyaan, maka Anda akan terpacu untuk ingin mengetahui lebih jauh permasalahan tersebut. Cobalah!

Menulis buku ilmiah populer adalah sebuah proses belajar dan memahami.

Selama saya menikmati proses menulis, hanya sebuah keasyikan yang saya dapat! Ketika saya menulis, kemudian mengirimkan ke forum, kemudian mendapatkan saran, kritik, bahkan argumen dari teman-teman, maka saya merasa terkayakan dengan proses tersebut. Tak sedikit teman-teman yang kemudian secara tidak langsung menjadi mentor saya dalam hal pemakaian gaya bahasa, penulisan kalimat yang efisien, dan menulis dengan menarik. Sebuah proses belajar dan memahami yang luar biasa nikmat dan mencerahkan.

Di samping itu, saya mencoba untuk memahami berbagai gaya penulisan ilmiah populer dari penulis yang memang jago, misalnya Harun Yahya. Saking demikian dalamnya mempelajari gaya bahasanya, beberapa teman menyebutkan bahwa tulisan saya mirip benar dengan Harun Yahya. He…he….bingung juga saya, mau berkata apa… Saya mencoba juga memahami gaya bercerita dan menulis beberapa penulis lain, misalnya David Attenborough dan David Quammen (salah satu karya yang saya koleksi adalah buku best seller The Song of the Dodo: Island Biogeography in an Age of Extinctions, diterbitkan tahun 1996). Tentu pula tak ketinggalan gaya bahasa bertutur ilmiah populer versi almarhum Slamet Suseno yang rajin saya ikuti di majalah Intisari.

BACA JUGA:   Kode Etik Jurnalistik

Sebuah keuntungan yang saya dapat kemudian adalah proses pencerahan yang luar biasa. Saya pikir, itupun hal yang wajar, karena kita selalu berminat untuk terus mencari, membaca, dan belajar. Bukankah siapapun yang mengusahakan ketiga hal tersebut akan mendapatkan pencerahan, termasuk tentunya Anda?

Jadi?
Dari proses belajar dan sekaligus memahami tersebut, saya kini tak ragu-ragu untuk menyatakan bahwa saya ingin menulis buku! Sebuah cita-cita yang wajar menurut saya. Nah, bagaimana dengan Anda? Ikatlah ilmu dengan cara menuliskannya
———————————————————-
http://nulisilmiahpopuler.wordpress.com/

Share This Article