Berbicara pada hari Minggu, Mohammed Abdulsalam menekankan dampak ekonomi yang signifikan dari operasi Yaman terhadap Israel. Dia mengatakan Angkatan Bersenjata Yaman teguh dalam menargetkan kapal-kapal yang memanfaatkan wilayah perairan negara itu di Laut Merah dan Laut Arab untuk mencapai pelabuhan Israel.
Komitmen tentara Yaman terhadap operasi ini masih terikat pada agresi berkelanjutan yang dilakukan oleh rezim Israel di Gaza dan pengepungan yang sedang berlangsung di wilayah pesisir. Perang Israel telah mengakibatkan korban jiwa sebanyak 19.000 warga Palestina sejak 7 Oktober.
Abdulsalam menegaskan kembali korelasi antara tindakan Angkatan Bersenjata Yaman dan keharusan untuk mencabut blokade di Gaza, dan menekankan bahwa akses terhadap pasokan penting seperti makanan dan obat-obatan harus diizinkan untuk menghentikan operasi angkatan laut Yaman melawan Israel.
Perusahaan pelayaran internasional, yang waspada terhadap potensi serangan di Yaman, telah menghentikan transit melalui selat Bab al-Mandab di Laut Merah. Tindakan ini dilaporkan menimbulkan kerugian sebesar tiga miliar dolar terhadap perekonomian Israel, dan melipatgandakan biaya impor barang ke wilayah-wilayah pendudukan.
Menyoroti keamanan Laut Merah bagi semua kapal yang dilarang berhubungan dengan Israel, Abdulsalam memuji keputusan sebuah perusahaan Tiongkok untuk berhenti mengirim kapal ke pelabuhan Israel. Dia menggarisbawahi dukungan Yaman yang tak tergoyahkan terhadap Palestina, dan menggambarkan Israel sebagai ancaman terhadap persatuan umat Islam berdasarkan prinsip-prinsip agama, nasional, dan moral.
Abdulsalam dengan tegas menyatakan sifat perjuangan Palestina yang tidak dapat dinegosiasikan. Dia lebih lanjut mengungkapkan upaya diplomatik yang sedang berlangsung dengan negara-negara berpengaruh yang bertujuan untuk mencapai tujuan Yaman, terutama berpusat pada pencabutan blokade Gaza dan menghentikan agresi terhadapnya.
Diterjemahkan dari situs tn.ai
