Oleh: Hernowo
Kata-kata Rhenald Kasali yang saya kutip pada tulisan sebelumnya, saya peroleh dari artikel-menariknya di Kompas edisi Selasa, 20 April 2010. Judul artikel itu ”Orang Pintar Plagiat”. Bagaimana agar kita dapat menuliskan sesuatu yang ”original” yang berasal dari pikiran kita sendiri? Gunakanlah teknik menulis bebas (free writing) ketika Anda sedang berlatih menulis atau menjalankan kegiatan awal menulis. Ada tiga tokoh yang saya rujuk terkait dengan teknik menulis bebas.
Pertama, Natalie Goldberg. Natalie adalah instruktur menulis bebas yang sangat terkenal di Amerika Serikat. Kedua, Peter Elbow. Elbow adalah profesor bahasa dan Direktur Program Menulis di Universitas Massachusetts, Amherst, Amerika Serikat. Dan ketiga, Dr. James W. Pennebaker, seorang psikolog peneliti yang meneliti tentang kegiatan menulis yang dapat menyembuhkan.
Sebagaimana telah saya tunjukkan di bagian sebelum ini, Natalie menulis buku berjudul Writing Down the Bones: Freeing the Writer Within (1986). Buku ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2005 dengan judul Alirkan Jati Dirimu: Esai-Esai Ringan untuk Meruntuhkan Tembok-Kemalasan Menulis. Natalie, dalam bukunya, memang tak hanya mengajarkan kepada kita bagaimana menulis bebas. Dia meminta kepada siapa saja yang menggunakan tekniknya untuk kemudian menemukan jati dirinya selama menulis bebas. Bagi saya, mengalirkan jati diri identik dengan mengalirkan sesuatu yang “original” yang berasal dari diri kita.
Berbeda dengan Natalie, Elbow lebih menekankan bagaimana seorang penulis dapat meraih kenyamanan terlebih dahulu ketika ingin memulai kegiatan menulis. Kenyamanan menulis sangat penting untuk diraih di awal sebelum seorang penulis berhasil mengeluarkan ide-ide hebatnya. Dalam bukunya, Writing without Teachers (terbit pertama kali pada 1973 dan kemudian direvisi pada 1998)—edisi revisi karya Elbow sudah diterjemahkan pula dengan judul Merdeka dalam Menulis (2007)—Elbow menginginkan agar seseorang, ketika mengawali menulis, bagaikan sedang menyampaikan sesuatu secara lisan (berbicara). Teknik menulis bebasnya ini ingin mengajak setiap penulis untuk tidak buru-buru mengoreksi apa yang sudah berhasil dikeluarkannya secara tertulis.
Nah, lewat risetnya, Dr.Pennebaker menemukan bahwa kegiatan menulis yang sangat bebas (”opening up” atau blak-blakan) dapat membantu seseorang untuk mengatasi tekanan hebat (depresi). Riset Dr.Pennebaker kemudian dibukukan pada tahun 1990. Saya pernah mmepraktikkan saran Dr. Pennebaker ini untuk “membuang”—dengan memanfaatkan kegiatan menulis—seluruh materi yang menggangu pikiran saya. Materi atau “sampah” pikiran itu saya keluarkan secara mencicil dan setiap kali selesai (karena lelah), saya berhenti dan tidak membaca materi tersebut. Saya biasa mengendapkannya sehari. Materi “sampah” itu saya baca dengan cara menyeleksi (bukan mengoreksi). Saya membuang yang tidak perlu dan kemudian mengumpulkan materi—di antara tumpukan materi “sampah”—yang benar-benar sangat penting dan berharga bagi diri saya.
Efek yang saya rasakan dalam menjalankan kegiatan menulis dengan teknik “opening up” ini luar biasa! Pada tahun 2001 hingga 2005, ketika usia saya melewati angka 44, saya dapat membuat buku sebanyak 24 judul. Jika dipukul rata, setiap dua bulan sekali, lahirlah satu buku karya saya.Bukan hasil yang banyak dan cepat itu yang ingin saya banggakan disini. Lewat pemanfaatan teknik”opening up”,saya dapat membebaskan diri saya dari segala “penjara” aturan menulis—ketika saya ingin memulai menulis. Aturan menulis tentu baik-baik saja dan dapat memandu kita untuk menghasilkan tulisan yang baik Hanya jika aturan menulis itu kemudian berubah menjadi kerangkeng menjadikan kita ragu-ragu dalam mengeluarkan pikiran kita—tentulah itu dapat membuat diri kita impoten (tidak mampu) menulis.[]
_________________________________________________
Hernowo adalah salah satu tim pemateri pada Pelatihan Jurnalistik Intermedia.